SUKA MENIMBUN BARANG. BISA JADI KAMU MEMILIKI HOARDING DISORDER
Hoarding itu apa?
Pola perilaku yang dicirikan dengan mengumpulkan barang-barang terlepas penting atau tidaknya dan keengganan atau kesulitan untuk membuang atau berpisah dengan barang-barang tersebut yang pada akhirnya menyebabkan barang-barang tersebut terus menumpuk dan menimbulkan efek negatif mulai dari kesehatan emosional, fisik, sosial, finansial, hingga legal baik bagi si pengidap maupun orang-orang terdekatnya.
Barang-barang yang biasanya dikumpulkan sangat beragam, namun yang paling umum adalah tumpukan majalah atau koran, kantung-kantung plastik, sisa makanan, kardus, foto, alat-alat rumah tangga, makanan, dan pakaian. Seringkali barang yang dikumpulkan sebetulnya memang tidak berharga atau yang jelas-jelas sampah yang seharusnya dibuang, namun perilaku ini juga sering berkaitan dengan kebiasaan membeli barang secara kompulsif, mengumpulkan barang-barang gratis seperti selebaran atau pamflet, atau mengumpulkan barang-barang yang dianggap unik meskipun bagi orang lain tidak penting.
Munculnya kapan?
Peneliti telah mengenali fenomena ini sejak tahun 1980-an, namun baru beberapa tahun ini makin serius mempelajarinya. Fenomena hoarding menjadi populer di kalangan umum ketika kanal televisi A&E di Amerika memproduksi reality show berjudul Hoarders yang menceritakan perjuangan dan perawatan orang-orang yang mengalami kondisi psikologis tersebut. Dimulai dari tahun 2009, acara ini sudah berlangsung selama 121 episode hingga hari ini. Episodenya biasanya menceritakan tentang keadaan seorang hoarder dan bagaimana mereka menghadapi konsekuensi dari perilaku tersebut, mulai dari terasing dari kehidupan sosial, perceraian, tejerat utang, kehilangan hak asuh anak, gangguan kesehatan, hingga risiko yang membahayakan jiwa. Setelah mengetahui kondisi tersebut, acara ini akan melakukan intervensi yang melibatkan para tenaga ahli seperti psikolog, pakar kebersihan, dan tim yang membersihkan rumah mereka.
Termasuk gangguan psikologis?Hoarding sendiri pada awalnya diklasifikasikan sebagai gejala dari Obsessive Compulsive Disorder (OCD) karena memang menunjukkan gejala yang berkaitan dengan perilaku obsesif dan kompulsif dalam mengumpulkan barang. Namun, gangguan ini juga menunjukkan gejala yang berkaitan dengan gangguan depresi dan attention deficit hyperactivity disorder (ADHD). Baru ketika Asosiasi Psikiatris Amerika merilis Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Edisi Kelima di tahun 2013 hoarding diklasifikasikan ke dalam kategori sendiri. Tingkat penderitanya diperkirakan sekitar 2 sampai 5 persen orang dewasa di Amerika.
Alasan menimbun?
Orang
biasanya menjadi penimbun karena mereka percaya sebuah barang akan
berguna atau berharga di masa depan. Atau mereka merasa ada nilai-nilai
kenangan yang unik dan tak tergantikan dari barang tersebut karena
alasan nostalgia. Banyak juga yang merasa sebuah barang adalah pengingat
dari sebuah momen atau sosok orang yang berharga dalam hidup mereka.
Ada beberapa orang yang mengalami hoarding disorder setelah
mengalami trauma kehilangan orang tersayang dan mengakibatkan mereka
menyimpan barang-barang yang berhubungan atau mengingatkan pada orang
tersebut. Sayangnya, hal itu kemudian menjadi kebiasaan dan menyebar ke
aspek hidup lainnya dan pada akhirnya membuat pengidap merasa tak
sanggup berpisah dengan barang-barang mereka karena rasa sakit akibat
trauma kehilangan tersebut.Seperti barang bernilai sentimentil.
Gejalanya?
- Ketidakmampuan atau rasa enggan membuang barang. Dengan alasan tertentu mulai dari yang logis sampai yang paling gak masuk akal sekalipun.
- Kepercayaan akan nilai barang tersebut. Kecemasan yang kuat ketika berusaha membuang barang atas keinginan sendiri atau permintaan orang lain.
- Perasaan curiga atau paranoid ketika orang lain menyentuh barang mereka. Karena kesulitan untuk mengategorikan suatu benda.
- Pikiran dan sikap obsesif seperti takut kehilangan barang. Perasaan bahwa mereka akan membutuhkan barang tersebut pada saatnya, mencari-cari suatu barang yang tak sengaja terbuang.
Hoarder vs. Kolektor
Para penimbun merasa membela diri bahwa mereka sebetulnya mengoleksi suatu barang dan tak mau dianggap hanya menimbun. Beberapa hoarder mungkin
punya suatu barang kesayangan yang terus dikumpulkan seperti misalnya
jam dinding, namun bedanya dengan mereka yang betulan kolektor jam
dinding adalah hoarder biasanya asal meletakkan jam dinding
mereka di sembarang tempat dan tanpa pertimbangan apapun sementara
kolektor akan memamerkan koleksi mereka dengan pertimbangan dan
terorganisir. Kolektorpun punya rasa bangga untuk memamerkan koleksi
mereka atau membahasnya dengan orang lain dan punya kontrol serta
perencanaan finansial, sementara hoarder pada umumnya justru sebetulnya
merasa minder dan tak mau kondisi mereka diketahui orang lain.
Seringkali bagi hoarder, mengumpulkan barang baru sudah bukan
lagi tentang rasa bahagia, tapi untuk tetap bertahan hidup meskipun
mereka sebetulnya menyadari hal itu salah dan membuat mereka pada
akhirnya makin depresi dan lari dari kenyataan. Jadi, perbedaan yang mencolok adalah lokasi dan rasa bangga.
Tantangan seorang hoarder?
Karena tergolong baru, masih banyak yang belum diketahui penanganan yang paling optimal untuk hoarding disorder dan banyak penelitian yang masih harus dilakukan oleh para ahli. Belum banyak psikolog yang secara khusus memahami soal gangguan ini. Begitupun kenyataan bahwa banyak pengidap yang tak punya kemampuan finansial untuk mengakses bantuan psikologis dan menghadapi stigma sosial. Intervensi dari lingkungan terdekat mungkin perlu, namun banyak yang belum memahami hal ini sebagai gangguan psikologis dan akibatnya hanya makin mempermalukan dan memperparah kondisi psikis sang pengidap.
Pertolongan pertama bagi penimbun?
Banyak pengidap hoarding disorder yang tak merasa perilaku ini bermasalah. Dalam sebuah riset, hanya sekitar 42% pengidap hoarding yang merasa perilaku ini memang bermasalah. Akibatnya banyak yang tak bisa lepas dari perilaku ini, namun bukan berarti tak ada penanganan yang patut dicoba. Untuk saat ini, yang paling disarankan adalah perlahan, mengubah pandangan pengidap tentang kegiatan menimbun, latihan mengurangi kelebihan barang, latihan membuang barang, melatih kemampuan mengorganisir barang dan tetap fokus pada target, dan diskusi motivasional untuk membantu pengidap tetap fokus.
Mulai dari satu barang ke barang lainnya dan menentukan mana yang mau disimpan dan mana yang harus dibuang sehingga lambat-laun mereka mulai terbiasa dengan perasaan gelisah ketika harus membuang sebuah barang. Latihan decluttering atau membersihkan rumah dari barang tak dibutuhkan bersama para pakarnya pun mulai menjadi pertimbangan khusus bagi pengidap gangguan ini.
Video ini bukan bertujuan untuk mendiskriminasikan, tetapi membuka pandangan kamu
Pandangan yang salah tentang menimbun, para penimbun sering kali distigmakan sebagai orang yang jorok dan pemalas dan menjadikan gaya hidup mereka. Bukan!
Oleh: Monica Horezki
Depo 20ribu bisa menang puluhan juta rupiah
ReplyDeletemampir di website ternama I O N Q Q.ME
paling diminati di Indonesia,
di sini kami menyediakan 9 permainan dalam 1 aplikasi
~bandar poker
~bandar-Q
~domino99
~poker
~bandar66
~sakong
~aduQ
~capsa susun
~perang baccarat (new game)
segera daftar dan bergabung bersama kami.Smile
Whatshapp : +85515373217