MENTAL JADI TERGANGGU KARENA HARUS #STAYATHOME?!?!


Berkat penyebaran COVID-19 yang cepat, dunia menjadi tempat yang berbeda. Hampir 7 bulan kita berdiam diri di rumah termasuk hari-hari Raya. Mulai dari terjebak beraktivitas di rumah, yang kaku memasak jadi belajar masak (baca: dalgona coffee), literally netflix and chill, belajar Zoom lagi, berjam-jam di TikTok sosial media, cuci tangan jadi lama sampai BLACKPINK mengeluarkan album. Mungkin kelulusanmu dibatalkan, atau kamu tiba-tiba menemukan dirimu tinggal bersama orang tua lagi ketika minggu lalu kamu berada di asrama perguruan tinggi.
 
Acara favoritmu yang ditunggu (kalau aku, Love, Victor) atau film yang dinantikan telah ditunda produksinya. Kehidupan sehari-harimu telah berubah, siang jadi malam dan malam jadi siang. Sangat normal untuk merasa stres, cemas, atau tertekan sebagai respons terhadap semua ini.  Tapi kalau udah setahun? Pandemi dunia ini (secara tak langsung) telah menciptakan gangguan kesehatan mental. Untuk membantumu melewati masa sulit ini, dan untuk menunjukkan bahwa kita tidak sendiri dalam perasaan ini, artikel ini akan membantumu!

Normalkah menjadi stres dan/atau cemas tentang apa yang terjadi?

"Sangat penting bahwa kecemasan dan stres tentang pandemi dinormalisasi dan tidak distigmatisasi," kata Borden dari Thrive Mental Health Conseling. "Transisi tiba-tiba dan tak terduga yang harus kita semua lakukan dalam hidup kita untuk berhasil mengatasi pandemi ini belum pernah terjadi sebelumnya bagi banyak dari kita."

Kita harus menyadari ada beberapa hal yang terjadi di luar kontrol kita contohnya siapa yang tahu kalau pandemi ini akan berdampak universal. Memikirkan hal-hal itu hanya akan menambah beban rasa bersalah pada kita.


Bagaimana bisa mengangkat suasana hati ketika wajib hukumnya untuk #dirumahaja?

Sangat mudah untuk menjadi terbiasa ketika melakukan hal yang sama hari demi hari, tidak mengenakan apa-apa selain celana olahraga dan legging, dan hanya berinteraksi secara fisik dengan orang tua atau siapapun di rumahmu, tetapi pasti ada beberapa tindakan yang dapat diambil untuk mengangkat suasana hati yang memudar. 
  • Tetap menjaga rutinitas. Bersyukur kita hidup di zaman yang sangat terbuka dengan teknologi, walaupun harus melakukan aktivitas secara, kita harus tampil rapi, kenakan baju senyaman mungkin dan yang sesuai. Hal itu membantu kita merasa lebih nyaman melewati hari.
  • Menemukan komunitas yang suportif. Manusia diciptakan untuk bersosialisasi jadi sulit untuk kebiasaan sosialisasi menjadi virtual. Ini semua bergantung dengan apa yang disukai, misalkan, kamu suka bahasa Inggris penting bagimu untuk tetap mengasah bahasa Inggrismu.
  • Mengembangkan kebiasaan yang sehat. Jogging kecil, melakukan yoga sederhana makan makanan bernutrisi cukup tidur minimal 8 jam (Ini yang sulit, tapi bukan berarti mustahil). 
Haruskah aku menemui dokter tentang perasaan cemas atau depresi yang udah tak bisa kukontrol lagi?

"Tingkat kecemasan setiap orang berbeda," kata Borden. Jadi sulit untuk mengatakan pada titik mana seseorang harus mencari bantuan profesional. Tentu saja, jika pernah berpikir untuk menyakiti diri sendiri, itu tanda-tanda kalau harus berkonsultasi dengan ahli kesehatan mental. Tetapi bahkan sebelum sampai pada titik itu, jika merasa itu akan membuatmu merasa lebih baik untuk berbicara dengan seseorang, itu alasan yang cukup untuk membuat janji. 


Oleh: Monica Horezki

Sumber:

Reslen, Eilen. 2020. 3 Vital Tips for College Students Who Are Struggling  With Mental Health. Retrieved from  https://www.seventeen.com/life/a23684765/mental-health-tips-for-college-students/

Comments

Popular Posts